Monday, January 26, 2009

AntiSinetron



Mengapa sinetron bisa begitu merajalela? Masyarakat Indonesia secara umum belum bisa menilai mutu/kualitas suatu tayangan dengan akurat. Penonton dari kelas menengah atas mungkin“sulit dibohongi” oleh sinetron-sinetron murahan, mereka mungkin lebih prefer untuk membaca, surfing internet, menonton DVD, bermain console game, atau hang out sebagai sarana hiburan. Kalaupun menonton televisi, pasti menggunakan satelit/TV kabel yang pilihannya jauh lebih beragam dan berkualitas. Ujung-ujungnya, sinetron akan kian diminati, permintaan pasar terus bertumbuh, dan pembodohan masal terus bergulir.


Gw gak bermaksud sirik dengan Raam Punjabi yang kian tajir karena dagangannya laris manis di pasaran. Gw juga gak bermaksud menyalahkan orang-orang production house yang mungkin menyangka bahwa orang-orang kita tidak pernah menonton serial luar. Barangkali memang mereka berniat membuat karya bermutu, namun terpaksa harus realistis dan mengikuti selera pasar.


Masalahnya, sinetron sebenarnya mengajarkan kita dengan hedonisme dan mengajak kita untuk bermimpi tentang gaya hidup yang serba wah. Lebih parah lagi, televisi ditonton mayoritas oleh kalangan kurang terpelajar, ibu-ibu rumah tangga, atau pembantu yang butuh waktu lama untuk menyadari bahwa mereka sedang dikibulin dengan impian kalangan atas.


Begitulah selera mereka. Mereka gampang terbuai dengan kemewahan, berkhayal menjadi orang kaya, bermimpi dipersunting pangeran kaya dan tampan, membayangkan memperistri wanita cantik dan seksi, memiliki rumah mewah dan mobil belasan, dan sebagainya.


Gw bisa bilang menonton sinetron sama sekali tidak cerdas. ngabisin waktu dengan percuma, dan sangaaaat tidak mendidik. "Masa' pengemis punya rambut halus dan pirang, muka putih, kulit halus terawat, dan memakai baju mahal???" Dimana otaknya? sampai hal sekecil itu aja gak diperhatiin? Sama sekali gak profesional. Di Indonesia ini gw jadi mikir, "Mau sukses di dunia entertainment? klo mau bagus, bagus banget sekalian, mau jelek, jelek banget sekalian" Dan sinetron tersebut masuk ke opsi kedua.


Semoga suatu hari nanti akan ada suatu perubahan besar dalam dunia per-sinetronan Indonesia. Entah itu akan berubah dari segi kreativitasnya, sinematografi, dll, atau bahkan mungkin sinetron akan dihapuskan. (Pemr. Indonesia kan kadang suka bikin peraturan2 yang bikin kita geleng2 sendiri).


Dan cukup mengharukan(baca: sedih) juga melihat beberapa artis yang menurut gw dia gak butuh pekerjaan untuk memerankan peran sinetron demi meningkatkan kualitas mereka.. Halo mas Wingky..mbak Agnes..he..(smoga yang bersangkutan membaca) i guarantee this is not the job you want..kecewa melihat kalian harus akting menangis2 di sebuah sinetron demi untuk uang semata..he.. salut untuk mas Saputra dan mbak Luna..they proof that they can live with their own idealism in this rotten country..!


Hidup Indonesia, Majulah Terus Semuanya

No comments:

Post a Comment